Apakah anak nakal itu ada?
Anak saya tuh, Pak. Tiap hari bikin saya jengkel terus," Cerita seorang ibu kepada guru kelasnya.Siapa sih anak nakal itu? Yang suka menjahili temannya, apakah itu disebut nakal. Yang suka berbuat iseng dikatakan nakal juga. Suka membuat keributan pun dikatakan anak nakal. Banyak bertanya, menyebalkan, susah diatur, dan suka membantah apakah namanya nakal juga?
"Susah sekali untuk diatur. Belum lagi malasnya minta ampun, jangankan disuruh belajar, disuruh mandi saja susah betul," lanjutnya. Tiap hari itu, ya Pak, pasti jahilin adiknya. Kok bisa anak saya seperti itu ya Pak?"
Bagaimana kalau kita melihat anak yang tidak jahil, tidak iseng, tidak suka ribut, tidak suka bertanya, tidak menyebalkan, gampang diatur, dan tidak pernah membantah? Bagaimana kesan kita? Mungkin kita justru menilai anak itu nggak asyik. Nggak rame kan.
Nah, suka atau tidak, anak yang katanya nakal seringkali lebih menyenangkan. Tingkah mereka sering mengundang tawa, kesal, membuat decak kagum. Mereka lebih hidup.Lalu kenapa disebut anak nakal? Itukah label yang kita berikan sebagai orang dewasa? Kita sebagai orang tua biasanya tidak memahami dan menjalin komunikasi dengan mereka, karena tak sabar dan tak bisa menghadapi mereka. Label itu, kita pun tak mau menyandangnya. Anak-anak kita merupakan amanat yang dititipkan oleh Allah kepada kita, generasi penerus kita dan mau tak mau kita harus menerimanya
Jika anak diberikan kebebasan berekspresi, sesungguhnya tidak perlu ada sebutan nakal. Memang ada anak yang senang membantah, iseng terhadap teman dan lain sebagainya. Akan tetapi, sudut pandangnya berbeda. Ketika anak "nakal" beraksi, kita tak lantas memarahinya dan menasihatinya. Cari tahu mengapa ia melakukannya. Pada dasarnya, anak adalah cerminan lingkungan sekitar. Jadi, tak adil jika dia langsung disalahkan. Siapa tahu ia bersikap demikian seperti itu karena belajar dari lingkungan rumah, sekolah atau bahkan lingkungan bermain.
Ada anak yang pemarah. Lalu ia mengekspresikan sesuatu yang tidak ia sukai atau setujui dengan marah. Anak tipe ini biasanya kurang perhatian. Ada juga tipe diktator, yaitu anak yang senang melihat orang lain susah. Kalau ada yang salah sedikit, sering masalahnya akan dibesar-besarkan. Ada pula tipe anak keras kepala. Tipe anak seperti ini perlu ekstra sabar dan hati-hati saat menghadapinya. Ia mempunyai pendapat sendiri dan sulit diatur. Anak keras kepala bisa menjadi manja dan tidak mandiri. Supaya ini tidak terjadi, maka yang perlu dilakukan adalah memahami keinginan anak tersebut.
Kemudian ada pula anak egois, anak tipe ini hanya mementingkan dirinya sendiri. Ia biasanya kurang disuka teman-temannya, dan kebanyakan anak tipe ini adalah anak tunggal. Dan yang terakhir anak pemalas. Anak tipe ini seringkali membuat jengkel. Diberikan tugas, pasti tidak selesai bahkan tidak dikerjakan. Ketika sedikit dibantu malah minta dibantuin sampai selesai. Anak tipe ini biasanya sering dibantu, sehingga akhirnya ia selalu mengharapkan bantuan dari orang lain.
Sadar tidak sadari, itulah sebagian kecil label negatif yang kita berikan pada anak-anak. Mereka yang menyangka bahwa semua perkataan orang dewasa adalah benar, serta merta menerima bahwa diri mereka adalah seperti yang dilabelkan.
Aku memang nakal, aku pemalas, aku jahil dan usil, aku juga nggak bisa diatur..Padahal, bisa jadi mereka itu sebenarnya sedang berekspresi. Ada sesuatu yang ingin ia sampaikan kepada orang-orang dewasa di sekitarnya. Bisa jadi ia sebenarnya ingin mengatakan,
Aku nggak mauDalam kondisi seperti ini, kemampuan seorang guru melakukan observasi sangat kritis. Obrolan ringan atau penelitian di sela permainan bisa dilakukan untuk mengumpulkan data tentang kegelisan anak-anak. Kunci untuk menghadapi anak nakal adalah komunikasi yang baik, sesuai dan pas serta dengan gaya mereka masing-masing. Akhirnya kita harus banyak bersabar dalam menghadapi anak-anak yang demikian.
Aku marah!
Aku bisan!
0 Response to "Apakah anak nakal itu ada?"
Post a Comment