Selalu menggendong anak yang sudah besar? Yuk kenali dampaknya!
Suatu waktu, pernah saya menemui seorang anak yang memasuki usia Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) masih digendong oleh ibunya. Ketika itu dia datang ke sekolah bersama ibunya dengan membawa kain gendongan. Saat saya tanya untuk apa? Spontan anak tersebut menjawab untuk menggendong dirinya. Setelah ditelusuri, anak ini hampir setiap hari selalu digendong ibunya ketika pergi ke mana pun. Betapa salah kaprahnya orang tua ketika mengekspresikan kasih sayang terhadap anak dengan selalu menggendongnya.
Lalu bagaimana cara untuk mengatasi anak yang selalu minta gendong oleh orang tuanya? Apakah anak ketika sering digendong ibunya akan membuat anak itu manja?
Kontak tubuh yang terjadi saat ibu menggendong anaknya ketika bayi akan memberikan rasa aman dan nyaman. Saat hendak menidurkan, menyusui atau menenangnkan anak ketika menangis, selalu saja dilakukan dengan menggendongnya. Sentuhan kasih sayang seorang ibu akan terasa oleh anak sehingga berguna dalam perkembangannya di masa yang datang. Tapi, zaman telah mengalami pergantian, menggendong bagi seorang ibu sekarang sudah jarang terlihat dengan alasan ibunya tidak dapat beraktivitas jika terus-terusan menggendong, capek dan lelah kadang malaslah yang menjadi faktor ibu jarang menggendong anak.
Lambat laun, menggendong akhirnya berganti menjadi mendorong anak dengan kereta dorong. Sentuhan dan sensasi keakraban dengan anak menjadi berkurang terasa saat anak hanya didorong saja dengan kereta. Anggapan saya, bahawa anak menangis hendaknya lekas digendong, agar tangisannya tidak sampai menjadi keras. Sebenarnya hal ini akan membuat ibu menjadi repot. Tidak melulu minta gendong ketika anak menangis.
Menggendong masih tetap bisa dilakukan pada saat-saat tertentu. Saat anak benar-benar merasa lelah dan butuh perhatian psikologisnya dalam bentuk ketenangan dan kenyamanan pelukan kasih sayang ibu, maka menggendong dapat dilakukan. Seorang ibu akan merasa kewalahan saat anak yang sebenarnya sudah tidur sewaktu digendong dan pada saat diletakkan di tempat tidur tiba-tiba anak menangis keras. Kemudian, kita gendong lagi dan anak pun tidur kembali.
Sebenarnya ad acara lain selain menggendong, yaitu dengan membuat ayunan dari kain yang diikat pada tiang atau pada kayu pintu. Ini dilakukan agar kita dapat bekerja mengurus rumah, dan anak akan merasakan kenikmatan dan tidur tenang ketika sedang di ayunan. Lalu bagaimana efek yang terlihat jika anak terlalu sering digendong, anak akan malas bergerak. Malas menggerakkan kaki dan anggota tubuh lainnya, dan hal ini tentu akan menghambat perkembangan motoriknya. Anakn akan sering digendong dan menjadi anak yang manja, apa yang diinginkan anak tidak mau dilakukan sendiri, tapi selalu minta untuk orang lain mengambilkannya. Pada akhirnya yang menggendong baik itu ibu sendiri maupun saudaranya dan lingkungan rumah yang sudah biasa menggendongnya menjadi kesal.
Dan untuk mengatasi ketergantungan digendong, orang tua dapat bertindak tegas. Dpata pula dilakukan ketika anak sudah bisa merangkak, taruh anak dalam boks bayi dan beri mainan kesukaannya. Jika sudah dapat duduk dan berjalan, ajaklah ia bermain bersama, dudukkan anak dengan nyaman. Bagi anak yang sudah besar berikan ia pelukan jika ia minta digendong sambil mengusap kepalanya dan katakana dengan lembut bahwa ia sekarang sudah besar dan bobot badannya tidak seringan ketika masih kecil. Ajak juga anak bermain dengan hal yang ia sukai. Ini akan sangat berharga bagi anak dalam melatih kemandiriannya dan perlahan mengurangi rasa manja anak.
0 Response to "Selalu menggendong anak yang sudah besar? Yuk kenali dampaknya!"
Post a Comment