Menanamkan kejujuran sejak dini kepada anak
Bagaimana cara mengajarkan anak untuk tidak bohong sejak dini? Bagaimana kita memberikan penanaman nilai-nilai kejujuran yang seharusnya diajarkan kepada anak-anak dalam kehidupan sehari-hari? Semakin dini ditanamkan nilai kejujuran, maka budaya jujur akan melekat pada diri anak hingga usia dewasa. Jikalau budaya jujur sudah berlaku menyeluruh di setiap individu, maka perilaku korupsi di negeri ini dapat diminimalisir bahkan hilang dari pikiran seseorang.
Dewasa ini, marak perilaku korupsi terjadi di mana-mana, bahkan sudah mengakar dan mendarah daging. Pelaku korupsi, sudah tidak malu lagi dalam melakukannya. Pelaku dengan santai dan seakan tidak bersalah, tampak biasa-biasa saja saat tertangkap tangan sedang melakukannya. Seolah sudah biasa dan menjadi santapan sehari-hari. Sering dijumpai di televise pelaku sudah diborgol, tetapi masih saja menampakkan senyum di wajahnya di hadapan media.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) begitu gencar menelusuri tempat-tempat yang sering dijadikan tempat untuk melancarkan aksinya. Nama-nama pelaku korupsi sudah dipantau jauh-jauh hari demi mendapatkan bukti agar dapat dengan mudah diproses secara hukum. Disadari atau tidak, mereka yang melakukannya bukanlah orang-orang bodoh tidak berpendidikan. Melainkan mereka-mereka yang memiliki keahlian dan kecerdasan di atas rata-rata orang pada umumnya. Memang benar, Indonesia tidak kekurangan orang cerdas dan pintar. Tapi Indonesia kekurangan orang baik dan jujur.
Dari uraian di atas, akar persoalan moral adalah masalah penting yang harus dijadikan perhatian khusus. Kejujuran manusia yang sudah pudar bahkan hilang. Nilai-nilai yang lama ditanamkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia memudar seiiring kemajuan zaman. Oleh karenanya, menjadi tugas orang tua, guru, dan masyarakat untuk lebih intens lagi dalam mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai kejujuran sedini mungkin pada anak-anak.
Jujur berarti berani mengatakan tidak, menyampaikan sesuai dengan kenyataan dan keadaan sebenarnya. Hati nurani manusia jika terbiasa bersikap jujur akan merasa was-was dan tidak tenang serta gelisah jika ucapannya dirasa terdapat unsur ketidakjujuran dan kebohongan. Jika anak-anak yang masih polos sudah dibiasakan berperilaku jujur, dampak ke depan mereka akan menjadi pribadi-pribadi yang memiliki hati nurani yang bernilai tinggi. Mereka akan menjadi individu yang kuat secara lahir dan secara batin.
Lalu apa saja yang dapat dilakukan dalam upaya menanamkan nilai-nilai kejujuran pada anak, latihlah sikap kejujuran anak dengan tanya jawab sederhana apa yang sudah anak lakukan. Berikut uraiannya:
1.Ajak anak berdialog apa saja peristiwa yang terjadi di sekolah hari itu sepulang anak sekolah. Baik dengan teman atau dengan guru. Demikian juga dengan guru, adakan percakapan sederhana sebelum kegiatan bermain dilakukan. Siapa saja yang hari ini sudah mandi, siapa yang semalam belajar dan berbagai pertanyaan simple lainnya yang tentu dapat memancing anak untuk menjawab secara jujur.
2.Menceritakan tokoh-tokoh penting yang menjunjung sikap jujur dalam hidupnya. Hal ini akan memicu anak memiliki tokoh idola yang menjadi panutan dalam bersikap dan berbicara.
3.Dengarkan anak dongeng-dongeng yang kaya akan makna kejujuran. Dongeng walaupun sifatnya imajinatif, namun dapat memberikan pengaruh positif pada anak tentang nilai-nilai kebaikan. Apalagi jika tokoh dalam dongen tersebut merupakan idola yang digemari oleha anak
4.Ajak anak untuk berpartisipasi dalam bermain peran. Misalkan main pasar-pasaran. Guru dapat menjelaskan dalam permainan ini bahwa antara penjual dan pembeli hendaknya bersikap jujur. Penjual jujur dengan segala kondisi barang dagangannya, pembeli jujur dengan keinginan terhadap barang yang akan dibelinya. Dengan bermain peran secara demikian,anak-anak akan lebih memahami mana perbuatan dan perilaku yang baik dan mana yang buruk.
Dari kesemuanya itu, yang paling utama berilah contoh model yang benar dan baik dari lingkungan terdekat anak apalagi orang tua harus menjadi teladan utama bagi anak-anaknya. Ingat selalu bahwa anak adalah peniru ulung, dari apa yang anak lihat dan dengarkan langsung di sekitarnya. Sekali orang tua berbohong, seorang anak akan menganggap benar suatu kebohongan yang dilakukan orang tua sehingga suatu saat nanti anak tidak sungkan untuk menirunya.
Tanamkan juga pada diri anak bahwa jujur adalah suatu sikap yang mahal sekali harganya, jika dirusak oleh satu kebohongan, tentu akan berimbas pada hilangnya kepercayaan dan harga diri dan di masyarakat akan menjadi noda yang sulit dihilangkan dari pandangan umum.
Generasi yang jujur lebih punya nilai berharga dari apapun juga. Semoga kita mampu melakukan kesadaran dan pemahaman yang baik dalam berlaku jujur pada diri sendiri dan memberikan teladan pada anak-anak generasi bangsa dan pada siapapun juga. Bukankah kejujuran merupakan anugerah dari Allag swt yang bersemayam di hati nurani setiap manusia. Barang siapa yang dapat mengikatnya maka kebahagiaan yang akan diraih.
Akhirnya, nilai kejujuran paling utama dibandingkan dengan nilai-nilai lainnya. Hari ini kita berbohong, esok kita akan berbohong lagi untuk menutupi kebohongan yang pertama. Hari ini kamu menangis dengan menyampaikan kejujuran, esok hari yakinlah kamu akan memiliki hati yang tenang tanpa khawatir akan sesuatu, Sampaikanlah walau terkadang kejujuran itu menyakitkan. Senyaman-nyamannya kamu berbohong, itu tetaplah kebohongan yang cepat atau lambat akan terbongkar di kemudian hari.
0 Response to "Menanamkan kejujuran sejak dini kepada anak"
Post a Comment